Jakarta, Andalasnews.com — Tekanan terhadap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) semakin menguat seiring meningkatnya kecaman global terhadap tindakan militer Israel di Jalur Gaza. Namun, di tengah desakan keras dari berbagai negara dan organisasi kemanusiaan agar Israel dilarang tampil di ajang sepak bola internasional, FIFA justru menegaskan sikapnya: tidak akan menjatuhkan sanksi atau larangan terhadap Israel.
Presiden FIFA Gianni Infantino dalam pernyataan resminya menegaskan bahwa organisasi yang ia pimpin “tidak dapat menjadi pihak yang menyelesaikan konflik geopolitik.” Menurut Infantino, FIFA adalah wadah olahraga yang bertujuan mempromosikan nilai-nilai universal seperti persatuan, perdamaian, pendidikan, dan budaya melalui sepak bola.
> “Sepak bola harus menjadi jembatan, bukan tembok pemisah. Kami ingin sepak bola menjadi alat yang menyatukan dunia, bukan memperdalam perpecahan,” ujar Infantino dalam konferensi pers di markas besar FIFA, Zürich, Swiss.
Namun, pernyataan Infantino tersebut justru memicu kontroversi dan kritik luas. Banyak kalangan menilai FIFA bersikap double standard—standar ganda—karena sebelumnya badan sepak bola dunia itu sempat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah invasi ke Ukraina, sementara terhadap Israel yang dituding melakukan kejahatan kemanusiaan, FIFA memilih diam.
Desakan agar FIFA bersikap tegas datang dari berbagai lembaga internasional, termasuk Komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia, yang melaporkan adanya dugaan tindakan genosida di Gaza. Laporan itu memperlihatkan dampak mengerikan dari agresi Israel, termasuk korban sipil yang terus meningkat.
Yang lebih menyayat hati, data dari asosiasi olahraga Palestina mencatat bahwa lebih dari 400 pesepak bola Palestina tewas akibat serangan militer Israel sejak perang berkecamuk. Banyak stadion dan fasilitas olahraga di Gaza hancur lebur, dan sejumlah tim lokal kehilangan pemain inti mereka.
Reaksi keras juga datang dari publik sepak bola dunia. Sejumlah pesepak bola dan klub dari Timur Tengah, Afrika, serta Eropa Timur menyerukan agar FIFA meninjau ulang keputusannya. Mereka menilai bahwa sikap netral yang diklaim FIFA justru berpotensi mengabaikan nilai kemanusiaan yang menjadi dasar olahraga itu sendiri.
> “FIFA harus sadar, netralitas tidak boleh menjadi alasan untuk membiarkan ketidakadilan,” ujar seorang aktivis olahraga asal Turki dalam wawancara dengan media lokal.
Sementara itu, di berbagai negara, aksi protes di depan kantor federasi sepak bola nasional terus terjadi. Mereka menuntut FIFA mengambil langkah konkret, minimal dengan membentuk komisi independen untuk menyelidiki keterlibatan Israel dalam pelanggaran hak asasi manusia terhadap atlet Palestina.
FIFA sendiri hingga kini belum menunjukkan indikasi akan mengubah kebijakannya. Infantino menegaskan bahwa federasi sepak bola dunia akan tetap memfokuskan diri pada “promosi perdamaian melalui sepak bola” dan bukan pada urusan politik internasional.
Sikap FIFA ini dipandang sebagian pihak sebagai ujian moral bagi dunia olahraga global. Banyak yang menilai bahwa keputusan tersebut bukan hanya akan memengaruhi citra FIFA, tetapi juga menggambarkan bagaimana dunia olahraga berhadapan dengan isu kemanusiaan yang kompleks dan sarat kepentingan geopolitik.
Sementara dunia terus bersuara, para korban di Gaza masih berjuang di tengah reruntuhan. Di saat ribuan nyawa melayang dan generasi muda Palestina kehilangan impian mereka untuk bermain sepak bola, dunia kini menunggu: apakah FIFA benar-benar akan memihak pada “perdamaian dan persatuan,” atau justru memilih diam di atas penderitaan manusia.
Admin / AndalasNews.com
Editor: is







