Andalasnews.com – Paris, 11 September 2025 Perdana Menteri baru Prancis, Sébastien Lecornu, resmi menjabat setelah menggantikan François Bayrou yang tumbang akibat mosi tidak percaya. Namun alih-alih disambut tenang, hari pertamanya justru berubah menjadi mimpi buruk jalanan Paris terbakar, gas air mata mengepul, dan ribuan demonstran turun ke jalan dalam gerakan “Block Everything”.
Lecornu, yang baru sehari menjabat, kini menghadapi ujian politik besar. Demonstrasi menolak kebijakan pemotongan anggaran publik dan reformasi ekonomi dianggap sebagai tantangan serius yang bisa merusak legitimasi pemerintahannya sejak dini.
“Negara tidak boleh diblokir oleh minoritas yang memilih anarki,” ujar seorang pejabat pemerintah, menanggapi kekacauan yang terjadi. Namun pernyataan itu dinilai semakin memperlebar jurang dengan masyarakat yang sudah lama frustrasi.

Tidak hanya buruh dan oposisi politik, pelajar dan mahasiswa juga ikut meramaikan aksi. Mereka menilai kebijakan pemerintah membuat masa depan generasi muda semakin suram. “Ini pertama kali saya membangun barikade. Kami tidak punya pilihan lain,” kata seorang demonstran muda dikutip media internasional.
Gelombang protes kali ini dianggap berbeda. Gerakan “Block Everything” berhasil mempersatukan spektrum politik yang beragam, mulai dari kelompok kiri, kanan, hingga aktivis jalanan seperti gilets jaunes.
Meski pemerintah menegaskan negara tetap berfungsi, fakta di lapangan menunjukkan transportasi terganggu, sekolah lumpuh, dan aktivitas warga tersendat. Jika tuntutan publik tidak dijawab, banyak pihak memperingatkan Prancis akan menghadapi krisis sosial-politik berkepanjangan.
Redaksi : Andalasnews.com








