BANJIR KEMBALI RENDAM GG KRAMAT NEROGTOG, WARGA MERASA DIABAIKAN — PEMKOT TANGERANG DINILAI GAGAL ANTISIPASI

IMG-20250710-WA0724

Kota Tangerang, Andalasnews.com – Derita warga Gg Kramat RT 004 RW 003, Kelurahan Nerogtog, Kecamatan Pinang, belum berakhir. Hujan deras yang mengguyur sejak Minggu dini hari, 6 Juli 2025, kembali menyebabkan banjir merendam puluhan rumah warga. Ketinggian air mencapai 30-60 cm, cukup untuk melumpuhkan aktivitas warga dan merusak perabotan rumah tangga.

Bencana yang terus berulang itu memicu kemarahan dan kekecewaan warga. Mereka menilai Pemerintah Kota Tangerang, khususnya jajaran eksekutif dan dinas terkait, telah gagal melakukan antisipasi dan perbaikan sistem drainase di lingkungan mereka. Nama H. Sachrudin, Walikota Tangerang, kembali disebut sebagai pejabat yang dinilai “tidak punya empati” atas bencana yang menimpa warganya.

Keterangan Warga: Ini Bukan Pertama Kali

Dalam wawancara eksklusif bersama tim liputan beberapa awak media, dua warga setempat, Agus dan Panjul, menceritakan bagaimana banjir kali ini membawa kepanikan dan keputusasaan.

“Air mulai masuk sekitar jam lima subuh. Saya langsung bangunin istri dan anak-anak buat selamatin barang penting. Kasur basah, lemari rusak, semua lantai rumah penuh lumpur,” ujar Agus, yang rumahnya terendam hampir selutut.

Panjul, yang juga tinggal tak jauh dari lokasi kejadian, menambahkan bahwa sejak awal tahun sudah tiga kali lingkungan mereka kebanjiran.

“Kami bukan warga baru. Sudah bertahun-tahun tinggal di sini dan banjir selalu jadi musibah tahunan. Tapi sampai sekarang, pemerintah seperti pura-pura tidak tahu. Sudah sering kirim laporan, tapi responnya nihil,” ucapnya penuh kesal.

Drainase Buruk, Saluran Mampet

Warga menyebut bahwa penyebab utama banjir adalah buruknya sistem drainase lingkungan. Saluran air kecil, dangkal, dan tak pernah dibersihkan. Ketika hujan deras turun, air dari permukiman langsung meluap karena tidak mengalir ke saluran utama.

“Saluran di jalan depan udah kayak rawa. Nggak ada pembersihan rutin, nggak pernah dikuras. Itu tugas pemerintah dong, bukan warga yang harus gali manual,” jelas Agus.

Tak hanya rumah, fasilitas umum seperti masjid juga terdampak. Air masuk ke dalam ruang ibadah hingga menyulitkan pelaksanaan salat subuh. Sementara itu, area pemakaman tak jauh dari lingkungan juga berubah jadi kubangan lumpur. Beberapa batu nisan nyaris tak terlihat akibat terendam air kotor.

Pemimpin Daerah Dinilai Cuek Bebek

Nama H. Sachrudin, Walikota Tangerang dan Wakil Walikota Tangerang H. Maryono, menjadi sorotan warga. Dalam berbagai perbincangan di lapangan, warga menyebut beliau seolah “cuek bebek” terhadap bencana yang menimpa masyarakat kecil.

“Pak Sachrudin, Pak Maryono itu kayak nggak pernah tahu kalau di wilayahnya sendiri warganya susah karena banjir. Sudah bertahun-tahun kami begini terus, tapi nggak pernah sekalipun beliau datang atau kirim tim,” kata Panjul.

Lebih jauh, warga mendesak agar Walikota turun langsung ke lapangan, melihat kondisi nyata, dan bukan hanya hadir saat peresmian proyek atau acara formal.

“Kami nggak butuh janji politik. Kami butuh saluran air yang layak, lingkungan yang aman, dan perhatian nyata dari pemimpin kami,” ujar Agus dengan nada kecewa.

Warga Harap Ada Perubahan, Bukan Janji Lagi

Banjir kali ini menjadi pengingat keras bahwa persoalan banjir di Kota Tangerang bukanlah bencana alam semata, melainkan akibat kelalaian sistematis dan kurangnya perencanaan tata lingkungan.

Masyarakat Gg Kramat RT 004 RW 003 berharap agar Pemkot Tangerang segera melakukan normalisasi saluran air, perbaikan drainase, serta menyediakan tanggap darurat yang sigap ketika banjir terjadi.

“Buat kami, air yang datang bukan cuma genangan. Tapi juga bukti bahwa pemerintah gagal hadir untuk rakyatnya,” tutup Agus.

 

 

Editor: Andalas Multimedia Entertainment

132 Dilihat
Berita Terbaru
Berita Terbaru
Kabar Daerah
Terpopuler
Pengunjung