Andalasnews.com, Dalam beberapa hari terakhir, publik Tanah Air dikejutkan dengan kabar mengenai 40 nama tokoh dari berbagai daerah di Nusantara yang diusulkan oleh Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional tahun 2025.
Dari puluhan nama tersebut, terdapat tiga tokoh besar asal Ranah Minang yang turut masuk dalam daftar usulan, yakni Hajjah Rahmah El Yunusiyyah, Chatib Sulaiman, dan Syekh Sulaiman Arrasuli atau yang lebih dikenal dengan Inyiak Canduang — seorang ulama karismatik dan pendidik yang peran serta pengaruhnya menembus batas Minangkabau, bahkan ke seluruh penjuru Indonesia.
Jejak Intelektual dari Tanah Suci ke Ranah Canduang
Syekh Sulaiman Arrasuli lahir di Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dari pasangan Angku Mudo Muhammad Rasul dan Siti Buliah. Setelah menimba ilmu agama selama kurang lebih enam tahun di Makkah al-Mukarramah, beliau kembali ke tanah air dengan membawa semangat pembaruan dan kecintaan mendalam terhadap pendidikan Islam.
Namun, setibanya di kampung halaman, beliau dilanda keresahan mendalam. Seperti dicatat oleh Farid Mat Zain, seorang dosen dari National University of Malaysia (2022), keresahan Inyiak Canduang berakar pada dua hal utama:
1. Kondisi sosial masyarakat yang tertekan oleh penjajahan Belanda, dan
2. Perilaku masyarakat yang mulai menjauh dari nilai-nilai agama serta adat Minangkabau.
Kedua hal inilah yang kemudian mendorong beliau untuk melakukan reformasi pendidikan surau tradisional, yang kala itu masih berformat nonklasikal dan tidak berjenjang.
Lahirnya Sistem Pendidikan MTI: Sinergi Adat dan Agama
Dengan dukungan para sahabat seperguruannya, Syekh Sulaiman Arrasuli mulai memodernisasi sistem pendidikan surau di Canduang sejak tahun 1908, hingga akhirnya pada tahun 1928 berdirilah Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) — lembaga pendidikan Islam berjenjang yang menjadi cikal bakal sistem pendidikan modern di Minangkabau.
MTI bukan sekadar tempat menimba ilmu agama, tetapi juga wadah pembentukan karakter dan pemahaman adat Minangkabau. Konsep yang diusung beliau, yakni “paham agama sekaligus paham adat”, menjadi identitas khas pendidikan Minang hingga kini.
Gerakan pendidikan ini berkembang pesat dan menjamur ke berbagai daerah. MTI-MTI berdiri di banyak nagari dan menjadi benteng moral serta intelektual masyarakat Minang di masa kolonial.
Lahirnya PERTI: Dari Gerakan Pendidikan ke Gerakan Nasional
Kesadaran akan pentingnya wadah persatuan membuat Syekh Sulaiman Arrasuli mendirikan organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) pada 5 Mei 1928. Organisasi ini semula bertujuan memayungi jaringan MTI, tetapi berkembang menjadi gerakan dakwah dan sosial kemasyarakatan yang luas.
Pasca kemerdekaan Indonesia, PERTI menjelma menjadi partai politik Islam (1946) untuk turut serta dalam menentukan arah bangsa yang baru merdeka. Dalam perjalanannya, organisasi ini sempat mengalami dinamika politik yang panjang hingga akhirnya kembali ke khittah-nya sebagai organisasi sosial-keagamaan sejak tahun 2017.
Diplomasi Politik dan Kebijaksanaan Ulama
Berbeda dengan sebagian tokoh Minang lainnya yang cenderung konfrontatif terhadap penjajah, Syekh Sulaiman Arrasuli menempuh jalur diplomasi dan pendekatan persuasif. Sikap ini justru menjadikannya berhasil menorehkan banyak keberhasilan dalam sejarah perjuangan bangsa.
Beberapa catatan penting dari keberhasilan diplomasi beliau antara lain:
– Menjadi jembatan rekonsiliasi antara kaum adat dan kaum agama di Minangkabau.
– Berhasil mencegah kebijakan penjajah Belanda dan Jepang yang merugikan rakyat.
– Menggagalkan rencana pembubaran Muhammadiyah dan PERTI oleh pemerintah Jepang, yang saat itu dianggap ancaman bagi kekuasaan kolonial.
Pendekatan moderat dan penuh hikmah inilah yang membuatnya dikenal bukan hanya sebagai ulama, tetapi juga sebagai negarawan dan pendamai bangsa.
Peran Politik dan Konstituante
Setelah Indonesia merdeka, pengabdian beliau tidak berhenti di ranah pendidikan dan dakwah. Pada Pemilu 1955, Syekh Sulaiman Arrasuli terpilih sebagai anggota Konstituante mewakili PERTI, bahkan dipercaya menjadi Pimpinan Sidang Konstituante pertama pada November 1956.
Dalam forum bersejarah tersebut, beliau memperjuangkan dasar negara yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan tanpa mengesampingkan semangat kebangsaan dan persatuan. Pemikiran beliau yang seimbang antara syariat dan kebangsaan menjadi warisan penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia.
Warisan Abadi: Pendidikan dan Kader Bangsa
Warisan terbesar Inyiak Canduang bukanlah harta atau kekuasaan, melainkan generasi penerus bangsa yang lahir dari lembaga-lembaga pendidikannya. Melalui jaringan MTI dan PERTI, beliau telah melahirkan ribuan bahkan ratusan ribu santri, ulama, pendidik, dan tokoh masyarakat yang berperan besar di berbagai lini kehidupan bangsa.
Catatan PERTI menunjukkan bahwa pada masa Orde Lama hingga awal Orde Baru, terdapat sekitar 400 pesantren berafiliasi dengan PERTI di Sumatera Barat, belum termasuk di provinsi lain. Meski kini jumlahnya menurun menjadi sekitar 216 pesantren, pengaruh pemikiran dan nilai perjuangan Inyiak Canduang masih kuat hingga ke berbagai pelosok Nusantara.
Penutup: Sosok Lengkap Ulama dan Pejuang
Melihat sosok Syekh Sulaiman Arrasuli tidak cukup hanya dari sisi asal-usulnya sebagai lelaki kelahiran Canduang. Ia adalah seorang pembaharu pendidikan, tokoh dakwah, negarawan, dan pemersatu bangsa.
Dari tangan dan pemikirannya lahir sistem pendidikan Islam modern yang melahirkan generasi berilmu dan berakhlak. Dari keteguhan hatinya lahir gerakan sosial dan politik yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan adat Minangkabau. Dari sikap diplomatifnya lahir rekonsiliasi dan kedamaian di tengah masyarakat yang terpecah oleh penjajahan.
Kini, jelang Hari Pahlawan Nasional 10 November 2025, wajar jika nama Syekh Sulaiman Arrasuli (Inyiak Canduang) diusulkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau bukan hanya pahlawan bagi Ranah Minang, tetapi juga pahlawan bagi seluruh anak bangsa yang mencintai ilmu, adat, dan persatuan.
Penulis: Zulnaidi, SH (Bagindo Sailan)
Ketua Bidang Hukum PERTI Sumbar / Biro Hukum Andalasnews
Editor: Admin Andalasnews





