Yogyakarta, Andalasnews.com β Suasana mencekam Kota Yogyakarta pada Senin (25/8) dini hari. Bentrokan antar suporter pecah usai laga Super League (Liga 1) antara PSIM Yogyakarta melawan Persib Bandung di Stadion Sultan Agung (SSA), Kabupaten Bantul, Minggu (24/8) sore. Kericuhan yang berawal dari sebuah kejadian kecil berubah menjadi kemarahan massal yang merembet ke beberapa titik di kota.
Menurut keterangan Kepolisian Resor Kota (Polresta) Yogyakarta, pemicu awal berlaku di kawasan Pingit sekitar pukul 21.00 WIB. Ps Kasi Humas Polresta Yogyakarta, Iptu Gandung Harjunadi, mengungkapkan, sebuah bus rombongan suporter Persib diduga menyerempet salah satu suporter PSIM yang berada di pinggir jalan.
βKorban langsung kami bawa ke rumah sakit, dan pihak suporter Bandung juga langsung bertanggung jawab, memberi santunan Rp2,5 juta. Saat itu sudah ada kesepakatan damai,β ujar Gandung, Senin (25/8).
Namun kabar mengenai kejadian ini dengan cepat menyebar di kalangan suporter PSIM. Amarah pun tak terbendung. Ratusan suporter lokal dilaporkan mulai mencari keberadaan rombongan suporter tamu. Situasi memanas di Tempat Parkir Khusus Ngabean, tempat sejumlah bus dan minibus milik pendukung Persib terparkir.
βBus yang dirusak di Ngabean itu sebenarnya bukan bus yang menyerempet di Pingit. Tapi massa sudah tersulut,β jelas Gandung.
Sejumlah saksi mata menggambarkan suasana mencekam di lokasi. βTiba-tiba banyak orang datang, teriak-teriak bawa kayu dan batu. Kendaraan dilempari, kacanya pecah semua,β ungkap Budi (34), warga sekitar Ngabean.
Kerusuhan akhirnya bisa diredam setelah aparat kepolisian dan Brimob tiba di lokasi. Bus dan minibus yang mengalami kerusakan langsung diamankan ke Markas Brimob Baciro. Sementara itu, sekitar 190 suporter Persib yang sempat tertahan di Yogyakarta berhasil dipulangkan ke Bandung dengan pengawalan ketat pada Senin pagi.
βKami semua suporter Bandung sudah keluar pastikan dari wilayah DIY dengan aman,β tegas Gandung.
Pihak kepolisian kini mengimbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi informasi yang belum jelas. βSepak bola seharusnya menjadi ajang hiburan dan pemersatu, bukan medan permusuhan,β tutupnya.
Kericuhan ini kembali menjadi pengingat bahwa rivalitas yang berlebihan dalam dunia sepak bola bisa membawa dampak yang serius, bukan hanya bagi klub dan suporternya, tetapi juga bagi keamanan dan nama baik olahraga Indonesia.
Redaktur: JFR
Β©AndalasNews.com/VE/pzhc