Polemik Kenaikan Pangkat Luar Biasa Polisi Korban Demo Agustus 2025
Oleh BANG JONFRIZAL TANJUNG
Latar Belakang : Demo yang Berujung Ricuh
Gelombang demonstrasi besar pada akhir Agustus 2025 di Jakarta dan sejumlah kota lain meninggalkan luka panjang. Aksi yang semula digerakkan mahasiswa dan kelompok sipil untuk menuntut keadilan sosial berubah menjadi bentrokan sengit antara massa dan aparat.
Data dari berbagai lembaga mencatat :
Puluhan polisi mengalami luka, sebagian dirawat di RS Polri. Ratusan warga sipil ikut menjadi korban, baik karena terkena gas air mata, pukulan, hingga kerugian materi akibat kerusuhan. Sejumlah fasilitas umum dan kendaraan rusak parah.
Di tengah suasana panas itu, Presiden Prabowo Subianto mengambil langkah mengejutkan : memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberi kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) bagi seluruh polisi yang menjadi korban.
Instruksi Presiden : Penghargaan di Tengah Krisis
Pada 1 September 2025, saat menjenguk polisi yang terluka di RS Polri, Kramat Jati, Prabowo menegaskan:
“Saya minta semua petugas dinaikkan pangkat luar biasa. Mereka bertugas di lapangan membela negara, membela rakyat, dan siap berkorban.”
Kapolri menyambut instruksi ini dengan janji menindaklanjuti segera. Dari sisi pemerintah, kebijakan ini dipandang sebagai bentuk penghormatan negara kepada aparat.
Apa Itu KPLB?
Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) adalah penghargaan khusus yang diberikan kepada aparatur negara atas pengorbanan atau prestasi istimewa.
- Bisa melompati jenjang pangkat reguler.
- Tidak terikat periode tertentu.
- Bisa diberikan lebih dari sekali jika prestasi atau pengorbanan terbukti.
Dengan kata lain, KPLB adalah simbol pengakuan negara.
Reaksi Publik : Gelombang Kritik di Medsos
Namun, publik melihat kebijakan ini dengan kacamata berbeda. Di media sosial, warganet justru meluapkan kekecewaan.
Beberapa komentar Netizen pun menjadi viral diberbagai platform media sosial.
- “Rakyat jadi korban, polisi yang dapat hadiah.”
- “Harga naik, hidup susah, rakyat terluka… pemerintah seakan buta.”
- “Bukannya meredam ketegangan, malah bikin makin panas.”
Narasi yang berkembang dipublik pun sangat panas “Pemerintah berpihak pada aparat, bukan rakyat”
Luka Rakyat yang Terabaikan
Dalam Aksi demo juga ditemukan banyak kisah rakyat yang tak tercatat dalam narasi resmi pemerintah
- Seorang pedagang kaki lima kehilangan gerobak akibat terjebak bentrokan di Jakarta Pusat.
- Seorang mahasiswa dilarikan ke rumah sakit karena patah tulang setelah terkena pukulan aparat.
- Sejumlah warga mengeluh trauma anak-anak mereka akibat gas air mata yang masuk ke pemukiman.
Hingga kini, belum ada mekanisme kompensasi resmi untuk warga sipil korban kericuhan.
JONFRIZAL TANJUNG SH